Selasa, 22 Mei 2012

HKBP Filadelfia Berharap Negara Jamin Kebebasan Beragama

(Heru Haryono/okezone)
(Heru Haryono/okezone)

JAKARTA - Pemimpin jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Filadelfia, Bekasi, Jawa Barat, Pendeta Palti Panjaitan berharap negara melindungi kebebasan kaum minoritas dalam menjalankan ibadahnya masing-masing. 
 
Hal itu dikatakannya terkait konflik pendirian rumah ibadah HKBP Filadelfia Jejalen Jaya, Tambun Utara, Bekasi, dan pelarangan ibadah terhadap jemaatnya.
 
Palti mengatakan, tiap Minggu, ibadah jemaatnya selalu diganggu oleh sekelompok massa intolreran dengan berbagai macam cara. Hari Minggu 20 Mei lalu misalnya, jemaat dilempari air comberan, air seni dan telur busuk. Sama dengan konflik pendirian Gereja Yasmin di Bogor, Jawa Barat, kisruh pendirian HKBP Filadelfia juga sudah berlangsung sejak lama.
 
Kata Palti, konflik ini dimulai sejak tahun 2000, ketika jemaat yang dipimpinnya rutin menggelar peribadatan dari satu rumah ke rumah lain di daerah Tambun. Namun, perlahan kegiatan mereka ditentang oleh sekelompok orang. Jemaat HKBP Filadelfia pun memperjuangkan pembangunan gereja sejak 2003. Pada Juni 2007, mereka mendapat izin mendirikan gereja berikut dengan persetujuan warga Tambun.

Namun, izin tersebut memicu demonstrasi warga pada Desember 2009. “Puncaknya pada Desember 2009, Bupati Bekasi mengeluarkan surat keputusan (SK) yang berisi tentang penghentian kegiatan pembangunan dan kegiatan ibadah di gereja,” katanya saat diskusi di Ruang Rapat Podium MNC Plasa, Selasa (22/5/2012).
 
Pihak HKBP Filadelfia menentang keputusan tersebut melalui gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung, September 2010, serta Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, Maret 201./
 
“Putusannya menyatakan surat keputusan tersebut batal,” ungkap Palti.
 
Meski sudah dimenangkan pengadilan, penolakan terhadap HKBP Filadelfia tak kunjung reda. Tindakan sekelompok warga justru kian beringas.
 
“Mereka tidak hanya lempari telur busuk, tapi sudah mengancam pendeta dan pengacara kami akan dibunuh,” katanya.
 
Polisi yang diharapkan melindungi kegiatan jemaat justru bertindak sebaliknya. “Alasannya, mereka (polisi) tidak mau dibenturkan dengan masyarakat, padahal mereka dididik untuk (siap) berbenturan dengan masyarakat,” ujar Palti kesal
 
“Saya katakan (pada polisi), tinggalkan kami 27 Mei nanti, kalau memang tidak mau berbenturan dengan mereka.”
 
Ditanya mengenai warga yang melakukan penyerangan, Palti menjelaskan, sebenarnya sebagian dari mereka berkenalan baik dengan anggota jemaat.
 
“Anak saya tiap berangkat sekolah dari hari Senin sampai Sabtu diantar tukang ojek, tapi hari Minggu dia (tukang ojek) juga ikut menyerang kami,” ujarnya
 
Berdasarkan isu yang berkembang, kata Palti, ada sekelompok orang yang menyebarkan bahwa HKBP Filadelfia ditentang keberadaannya lantaran ditakuti akan memurtadkan warga sekitar yang sebagian besar beragama islam. Gereja ini dianggap memiliki misi kristenisasi umat Islam.

(abe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar